2/28/2013

Ujian Nasional Perlu Di Evaluasi



Kurikulum 2013 yang diterapkan mempunyai Konsekuensi pada pola ujian nasional yang perlu dievaluasi. Hal tersebut disebabkan Kurikulum 2013 menekankan pada tumbuhnya kreativitas, inovasi, dan keterampilan siswa, disisi lain ujian nasional menekankan pada prestasi nilai yang diraih siswa.

Elin Driana mengatakan, Tes ujian kelulusan atau Ujian Nasional kontraproduktif dengan system pembelajaran yang dikehendaki Kurikulum 2013.
Praktisi pendidikan yang mendalami bidang riset dan evaluasi di Indonesia ini mengatakan UN selama ini hanya berorientasi pada nilai. Dan Sekolah dipandang untuk mencari nilai baik dan dapat ijazah. Esensi belajar atau pendidikan untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, untuk cinta belajar, belum muncul. Anak-anak kita belajar karena mau mengejar nilai, bukan karena cinta belajar. Dan Perubahan Kurikulum 2013 harus mampu mengubah paradigma itu.

Menurut Elin Evaluasi untuk sekadar lulus justru mulai ditinggalkan. Dia memberikan contoh di Shanghai yang meninggalkan evaluasi untuk kelulusan seperti UN, terutama untuk pendidikan dasar. Dengan perubahan itu, Shanghai melesat maju dalam peningkatan hasil pendidikan dalam bidang matematika, sains, dan membaca dari beberapa evaluasi internasional, seperti TIMMS, PISA, ataupun PIRLS.

Terkait dengan hal tersebut, Muhammad Nuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan, ada kemungkinan UN dievaluasi. Namun, pemerintah belum membahas hal tersebut saat ini.
 Dalam perubahan Kurikulum 2013, pemerintah memang merencanakan perubahan UN, tetapi pada soal waktu pelaksanaan. Di SMA dan SMK, UN dimajukan ke kelas XI. Di SMA bertujuan supaya di tingkat akhir siswa bisa fokus untuk ujian masuk perguruan tinggi, sementara di SMK agar siswa bisa memperdalam praktik kerja industri untuk mematangkan sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto Ditempat terpisah mengatakan, pelaksanaan UN tidak relevan lagi untuk kelulusan, memotivasi belajar, dan untuk membentuk sikap kompetensi siswa. Evaluasi UN semestinya dikembalikan untuk pemetaan, untuk memastikan siswa memenuhi kompetensi abad ke-21. Dari kajian terhadap UN Matematika, menurut Iwan, soal-soal di UN hanya membuat siswa bernalar rendah dengan perhitungan ruwet.
Sebagai masyarakat Indonesia saya sudah tidak kaget lagi dengan hal itu, setiap tahun pasti hal tersebut menjadi sesuatu yang hangat dibicarakan bahkan bukan hal baru lagi jika UN perlu di evaluasi. Yang selalu membuat saya berfikir, apakah hal ini hanya menjadi berita tahun saja? semoga saja tidk, tentunya kita berharap pendidikan harus sesuai dengan perkembangan zaman, kurikulum yang dibuat harus sesuai dengan pelaksanaannya.

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 22:13 Kategori:

0 komentar:

Post a Comment